Pendidikan,
Guru dan Anak dalam Memaknai Pemikiran Ki Hajar Dewantara
oleh
Maryadi, S.Pd.
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Perkenalkan nama saya Maryadi, S.Pd. Saya calon guru
penggerak angkatan 7 dari SMA PGRI 2 Kayen Kabupaten Pati Provinsi Jawa tengah.
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi pemahaman
saya terhadap materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Ketika saya membahas tentang Ki Hajar Dewantara, tentunya kata
Bapak Pendidikan Nasional akan langsung terlintas di pikiran dengan konsep trilogi pendidikan Ki Hajar
Dewantara yang fenomenal yakni Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Konsep ini tentunya sangat melekat pada diri seorang guru atau
pendidik. Pendidik merupakan orang yang berperan utama dalam pendidikan,
pengajaran, maupun pembelajaran.
Setelah mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar
Dewantara, ada 4 pemikiran penting yang dapat saya simpulkan yakni: 1) setiap
anak memiliki kodrat, kekuatan, karakter atau potensi yang berbeda; 2)
Pendidikan itu menuntun anak sesuai kodratnya; 3) sebagai guru harus memaknai trilogi
pendidikan: Ing
Ngarso Sung Tulodho (di
depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah
membangun motivasi), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi
dorongan); dan 4) Pembelajaran yang berpusat pada anak.
Pendidikan merupakan rangkaian aktivitas atau upaya yang
dilakukan untuk mendidik dan menuntun siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia. Dalam prosesnya, pendidikan melibatkan penerapan nilai-nilai
dan penguatan karakter. Implementasinya, ilmu yang telah diperoleh dalam
pendidikan harus dipahami dan dihayati hingga tertanam dalam hati dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut
tentang akhlak dan karakter siswa. Lain halnya dengan pengajaran. Pengajaran
merupakan proses belajar atau transfer ilmu dari guru atau pendidik kepada
siswanya. Pengajaran dilakukan untuk memperoleh sebuah wawasan atau
pengetahuan. Artinya, hasil dari suatu pengajaran adalah terciptanya siswa yang
pandai atau berwawasan luas. Dengan demikian, pengajaran dan pendidikan bagi
seorang guru adalah satu hal yang saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan.
Selanjutnya melalui tulisan ini, saya akan
merefleksikan diri saya tentang pemikiran saya sebelum dan sesudah mempelajari
Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik
sebagai berikut.
1.
Apa yang
Saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Saya mempelajari modul 1.1?
Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa
hal sebagai berikut:
- Pengajaran sama dengan pendidikan yakni
mencerdaskan siswa sesuai target kurikulum sehingga saya terkesan otoriter
terhadap siswa tanpa melihat karakter atau bakat mereka.
- Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran
yang menurut saya guru dapat membentuk siswa baik dari pengetahuan maupun
karakternya.
Sebelum memahami filosofi Ki Hajar
Dewantara, saya sebagai guru selalu berupaya mentransfer ilmu kepada siswa secara
umum melalui ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Saya beranggapan kalau tidak
saya jelaskan, maka siswa tidak akan memahami pelajaran sehingga saya menjadi
lebih dominan. Bagi saya, siswa dikatakan tuntas belajar jika mampu mengerjakan
soal penilaian yang saya berikan dengan nilai yang baik. Lalu saya juga seringkali
memberikan sanksi/hukuman kepada siswa bila ada kompetensi yang belum tuntas
dan untuk mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik.
2.
Apa yang
berubah dari pemikiran atau perilaku Saya setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Filosofi
Pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa pendidikan dan pengajaran
merupakan satu paket kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik.
Kegiatan tersebut tidak dapat terpisahkan. Pengajaran tanpa pendidikan akan
menghasilkan seorang siswa yang pandai atau berwawasan, namun tidak memiliki
akhlak atau karakter yang baik. Sebagai pendidik, guru melakukan proses
pendidikan sekaligus pengajaran. Selain menyampaikan ilmu pengetahuan, guru
juga menanamkan nilai-nilai dan karakter yang baik kepada siswa. Selain itu,
guru juga harus mampu menggali dan mengembangkan potensi siswanya sehingga di
masa depan, siswa dapat mandiri, berwawasan, berkarakter dan dapat menerapkan
nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Melihat gambaran tersebut, betapa
berat tugas seorang guru, namun juga betapa mulianya pekerjaan seorang guru
yang begitu bermanfaat bagi orang lain dan perkembangan bangsa melalui dunia
pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, maksud pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara menjelaskan
bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak
berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Dari konsep
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara tersebut, tentunya pendidikan akan selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman.
Menurut saya, konsep pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara masih sangat relevan dengan pendidikan saat ini bahkan mungkin
relevan untuk sepanjang masa. Dalam kurikulum 2013 maupun kurikulum merdeka,
pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara memberikan suatu kebebasan berpikir
kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas yang ada dalam dirinya.
Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berbasis penguatan potensi siswa dan
pendidikan karakter seperti nilai budaya, sosial, keagamaan, kedisiplinan,
kejujuran dan tanggung jawab dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan
moral pendidikan abad ke 21.
Setelah saya mempelajari konsep pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa tugas pendidik atau guru tak hanya penyampai ilmu pengetahuan saja, melainkan menuntun siswa untuk memaksimalkan kekuatan/potensi yang dimiliki sesuai kodratnya. Sebelumnya, saya memandang setiap siswa itu sama, namun setelah mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, ternyata tidak semua siswa harus diperlakukan sama. Kita semua meyakini bahwa setiap anak memiliki kodrat maupun kekuatan yang berbeda-beda. Artinya guru dalam mendidik harus memperhatikan karakter siswa, potensi siswa dan bagaimana lingkungannya. Tindakan-tindakan konvensional yang keras atau hukuman memang mampu mengubah perilaku siswa, namun hanya sementara karena didasari rasa takut, bukan dari kesadaran siswa. Saya pun menyadari bahwa guru pun harus mampu mengikuti perkembangan zaman. Pola-pola pembelajaran yang konvensional, yang dulu guru lebih dominan, sekarang harus mulai beralih bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak. Siswa atau anak sebagai subjek pembelajaran, jadi guru harus mampu mendesain pembelajaran dengan baik untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi siswanya. Kemerdekaan belajar bagi siswa sangat penting dan sebagai guru, saya harus mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa sehingga apa yang saya ajarkan dapat efektif dan tepat sasaran.
3.
Apa yang
dapat segera Saya terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran
KHD?
Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Filosofi
Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Hal-hal yang akan saya terapkan
agar pembelajaran yang saya lakukan dapat mencerminkan pemikiran dari Ki Hajar
Dewantara sebagai berikut.
a)
Pertama, saya akan mengubah pemikiran
saya yang sebelumnya menganggap semua siswa itu sama sekarang menjadi “setiap
siswa memiliki kodrat, kekuatan, karakter atau potensi yang berbeda-beda.” Saya
harus peka untuk mengenali atau mengidentifikasi karakter dan potensi siswa
saya sehingga saya dapat merancang pembelajaran dengan metode yang tepat dan
dapat menggali dan memaksimalkan potensi siswa saya.
b)
Kedua, saya mencoba menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang
bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam kegiatan
pembelajaran. Misalnya dengan melakukan permainan tebak kata ketika
pembelajaran berlangsung.
c)
Ketiga, saya akan mengupayakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Saya akan memberikan kesempatan dan memfasilitasi
siswa agar siswa saya berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai
pendidik, saya akan menuntun siswa agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Selain itu, saya akan berupaya menuntun siswa untuk
memanfaatkan teknologi seperti smartphone dengan bijak selama pembelajaran
untuk menggali informasi-informasi sehingga siswa saya tidak ketinggalan
informasi (kuper). Selain itu, di akhir pembelajaran, saya akan melakukan
refleksi dan penguatan terkait pembelajaran yang saya lakukan.
d)
Keempat, sebagai salah satu anggota
tim pengembang kurikulum, saya akan mengajak/mensosialisasikan pemikiran Ki
Hajar Dewantara kepada rekan guru lainnya agar pembelajaran berpusat kepada
siswa. Saya juga kan mengembangkan kegiatan lifeskill sesuai minat/bakat siswa untuk
membekali siswa dengan keterampilan yang bermanfaat dengan harapan dapat
menjadi bekal kemandirian di masa depan.
e) Yang terakhir Kelima, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar.
Demikianlah kesimpulan dan refleksi saya terkait pemahaman
belajar melalui modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Semoga
hal yang saya sampaikan ini bermanfaat untuk para pembaca dan mampu mengubah paradigma
atau pemikiran lama mengenai pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran
yang merdeka dan berpusat pada siswa untuk masa depan siswa yang lebih baik. Terima
kasih.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh
ConversionConversion EmoticonEmoticon