1.1.a.8 Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1


 


Pendidikan, Guru dan Anak dalam Memaknai Pemikiran Ki Hajar Dewantara

oleh Maryadi, S.Pd.

 

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Perkenalkan nama saya Maryadi, S.Pd. Saya calon guru penggerak angkatan 7 dari SMA PGRI 2 Kayen Kabupaten Pati Provinsi Jawa tengah. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi pemahaman saya terhadap materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Ketika saya membahas tentang Ki Hajar Dewantara, tentunya kata Bapak Pendidikan Nasional akan langsung terlintas di pikiran dengan konsep trilogi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang fenomenal yakni Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Konsep ini tentunya sangat melekat pada diri seorang guru atau pendidik. Pendidik merupakan orang yang berperan utama dalam pendidikan, pengajaran, maupun pembelajaran.

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, ada 4 pemikiran penting yang dapat saya simpulkan yakni: 1) setiap anak memiliki kodrat, kekuatan, karakter atau potensi yang berbeda; 2) Pendidikan itu menuntun anak sesuai kodratnya; 3) sebagai guru harus memaknai trilogi pendidikan: Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan); dan 4) Pembelajaran yang berpusat pada anak.

Pendidikan merupakan rangkaian aktivitas atau upaya yang dilakukan untuk mendidik dan menuntun siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia. Dalam prosesnya, pendidikan melibatkan penerapan nilai-nilai dan penguatan karakter. Implementasinya, ilmu yang telah diperoleh dalam pendidikan harus dipahami dan dihayati hingga tertanam dalam hati dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain pendidikan menyangkut tentang akhlak dan karakter siswa. Lain halnya dengan pengajaran. Pengajaran merupakan proses belajar atau transfer ilmu dari guru atau pendidik kepada siswanya. Pengajaran dilakukan untuk memperoleh sebuah wawasan atau pengetahuan. Artinya, hasil dari suatu pengajaran adalah terciptanya siswa yang pandai atau berwawasan luas. Dengan demikian, pengajaran dan pendidikan bagi seorang guru adalah satu hal yang saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan.

Selanjutnya melalui tulisan ini, saya akan merefleksikan diri saya tentang pemikiran saya sebelum dan sesudah mempelajari Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui pertanyaan-pertanyaan pemantik sebagai berikut.

1.    Apa yang Saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Saya mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal sebagai berikut:

  • Pengajaran sama dengan pendidikan yakni mencerdaskan siswa sesuai target kurikulum sehingga saya terkesan otoriter terhadap siswa tanpa melihat karakter atau bakat mereka.
  • Guru adalah subjek utama kegiatan pembelajaran yang menurut saya guru dapat membentuk siswa baik dari pengetahuan maupun karakternya.

Sebelum memahami filosofi Ki Hajar Dewantara, saya sebagai guru selalu berupaya mentransfer ilmu kepada siswa secara umum melalui ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Saya beranggapan kalau tidak saya jelaskan, maka siswa tidak akan memahami pelajaran sehingga saya menjadi lebih dominan. Bagi saya, siswa dikatakan tuntas belajar jika mampu mengerjakan soal penilaian yang saya berikan dengan nilai yang baik. Lalu saya juga seringkali memberikan sanksi/hukuman kepada siswa bila ada kompetensi yang belum tuntas dan untuk mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik.

 

2.    Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Saya setelah mempelajari modul ini? 

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan satu paket kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik. Kegiatan tersebut tidak dapat terpisahkan. Pengajaran tanpa pendidikan akan menghasilkan seorang siswa yang pandai atau berwawasan, namun tidak memiliki akhlak atau karakter yang baik. Sebagai pendidik, guru melakukan proses pendidikan sekaligus pengajaran. Selain menyampaikan ilmu pengetahuan, guru juga menanamkan nilai-nilai dan karakter yang baik kepada siswa. Selain itu, guru juga harus mampu menggali dan mengembangkan potensi siswanya sehingga di masa depan, siswa dapat mandiri, berwawasan, berkarakter dan dapat menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Melihat gambaran tersebut, betapa berat tugas seorang guru, namun juga betapa mulianya pekerjaan seorang guru yang begitu bermanfaat bagi orang lain dan perkembangan bangsa melalui dunia pendidikan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, maksud pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Dari konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara tersebut, tentunya pendidikan akan selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman.

Menurut saya, konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan dengan pendidikan saat ini bahkan mungkin relevan untuk sepanjang masa. Dalam kurikulum 2013 maupun kurikulum merdeka, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara memberikan suatu kebebasan berpikir kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas yang ada dalam dirinya. Konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara yang berbasis penguatan potensi siswa dan pendidikan karakter seperti nilai budaya, sosial, keagamaan, kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan moral pendidikan abad ke 21.

Setelah saya mempelajari konsep pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa tugas pendidik atau guru tak hanya penyampai ilmu pengetahuan saja, melainkan menuntun siswa untuk memaksimalkan kekuatan/potensi yang dimiliki sesuai kodratnya. Sebelumnya, saya memandang setiap siswa itu sama, namun setelah mempelajari pemikiran Ki Hajar Dewantara, ternyata tidak semua siswa harus diperlakukan sama. Kita semua meyakini bahwa setiap anak memiliki kodrat maupun kekuatan yang berbeda-beda. Artinya guru dalam mendidik harus memperhatikan karakter siswa, potensi siswa dan bagaimana lingkungannya. Tindakan-tindakan konvensional yang keras atau hukuman memang mampu mengubah perilaku siswa, namun hanya sementara karena didasari rasa takut, bukan dari kesadaran siswa.  Saya pun menyadari bahwa guru pun harus mampu mengikuti perkembangan zaman. Pola-pola pembelajaran yang konvensional, yang dulu guru lebih dominan, sekarang harus mulai beralih bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak. Siswa atau anak sebagai subjek pembelajaran, jadi guru harus mampu mendesain pembelajaran dengan baik untuk memberikan pengalaman belajar terbaik bagi siswanya. Kemerdekaan belajar bagi siswa sangat penting dan sebagai guru, saya harus mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa sehingga apa yang saya ajarkan dapat efektif dan tepat sasaran.


3.    Apa yang dapat segera Saya terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Hal-hal yang akan saya terapkan agar pembelajaran yang saya lakukan dapat mencerminkan pemikiran dari Ki Hajar Dewantara sebagai berikut.

a)    Pertama, saya akan mengubah pemikiran saya yang sebelumnya menganggap semua siswa itu sama sekarang menjadi “setiap siswa memiliki kodrat, kekuatan, karakter atau potensi yang berbeda-beda.” Saya harus peka untuk mengenali atau mengidentifikasi karakter dan potensi siswa saya sehingga saya dapat merancang pembelajaran dengan metode yang tepat dan dapat menggali dan memaksimalkan potensi siswa saya.

b)    Kedua, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan melakukan permainan tebak kata ketika pembelajaran berlangsung.

c)    Ketiga, saya akan mengupayakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Saya akan memberikan kesempatan dan memfasilitasi siswa agar siswa saya berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai pendidik, saya akan menuntun siswa agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, saya akan berupaya menuntun siswa untuk memanfaatkan teknologi seperti smartphone dengan bijak selama pembelajaran untuk menggali informasi-informasi sehingga siswa saya tidak ketinggalan informasi (kuper). Selain itu, di akhir pembelajaran, saya akan melakukan refleksi dan penguatan terkait pembelajaran yang saya lakukan.

d)    Keempat, sebagai salah satu anggota tim pengembang kurikulum, saya akan mengajak/mensosialisasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara kepada rekan guru lainnya agar pembelajaran berpusat kepada siswa. Saya juga kan mengembangkan kegiatan lifeskill sesuai minat/bakat siswa untuk membekali siswa dengan keterampilan yang bermanfaat dengan harapan dapat menjadi bekal kemandirian di masa depan.

e)    Yang terakhir Kelima, saya berharap saya bisa memaknai semboyan Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, dari atas saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, Ing Madyo Mangun Karso di tengah saya bisa jadi teman yang memberikan semangat, serta Tut Wuri Handayani dari belakang saya bisa memberikan dorongan moral serta semangat belajar. 

Demikianlah kesimpulan dan refleksi saya terkait pemahaman belajar melalui modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara. Semoga hal yang saya sampaikan ini bermanfaat untuk para pembaca dan mampu mengubah paradigma atau pemikiran lama mengenai pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang merdeka dan berpusat pada siswa untuk masa depan siswa yang lebih baik. Terima kasih.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh


Previous
Next Post »
Thanks for your comment